KESIMPULAN
Dalam pendampingan terkandung unsur-unsur pokok, yaitu 1) proses pemandirian masyarakat dengan menjadi fasilitator, komunikator, dinamisator 2) pendorong , pemancing power yang dimiliki komunitas 3) komunikasi intensif untuk menumbuhkan sense of trust 4) saling belajar. Kegiatan-kegiatan yang diorganisir dalam pendampingan tidak lepas proses komunikasi. Proses dialogical encounter antara pendamping dengan komunitas memerlukan sense of trust diantara kedua pihak tersebut. Disini komunikasi intensif harus terjadi antara pendamping dan anggota komunitas, untuk saling belajar, sehingga terbentuk pemahaman bersama terhadap inovasi yang disampaikan. Sehingga model komunikasi yang sesuai dalam proses pendampingan ini adalah model komunikasi memusat. Model ini mewarnai seluruh kegiatan pendampingan komunitas peternak sapi perah, karena dalam langkah-langkah pendampingan terdapat unsur-unsur model komunikasi memusat, yaitu realitas fisik, realitas psikologi dan realitas sosial.
Komunikasi untuk perubahan, yang digunakan dalam pendampingan komunitas peternak sapi perah, dilakukan secara personal/perorangan maupun impersonal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran inter-personal/diantara-orang perorang, melalui FGD dengan kelompok kecil, maupun secara orang perorang. Komunikasi ini sangat bermanfaat untuk mempengaruhi peternak agar mengadopsi teknologi baru yaitu inovasi penggunaan probiotik herbal. Menggunakan teori model difusi/adopsi inovasi, tahapan dalam proses pengambilan keputusan penggunaan inovasi, dapat menunjukkan perubahan perilaku peternak dalam hal budidaya ternak , termasuk penggunaan probiotik herbal.
Paradigma partisipatif yang digunakan dalam pendampingan komunitas sapi perah, sesuai dengan kondisi lapangan, dan mampu mendorong partisipasi komunitas untuk mengikuti program yang teknologinya ditawarkan oleh PPKwu LPPM UNS sebagai pihak diluar komunitas, sebagai inovasi yang dapat diadopsi oleh masyarakat. Inovasi probiotik herbal, diyakini tim praktisi dapat memecahkan masalah yang ada dalam komunitas peternak sapi perah di desa Nogosaren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Kejelasan komunikasi dalam pendampingan komunitas peternak dalam rangka penerapan inovasi - probiotik herbal dalam budidaya sapi perah Di Desa Nogosaren, Kec. Getasan, Kab. Semarang, mengikuti model komunikasi Berlo. Menurut model ini, kejelasan komunikasi yang terkait dengan pendamping, adalah peranan pendamping yang mampu menerjemahkan inovasi penggunaan probiotik herbal sebagai kebutuhan yang dapat dirasakan, dan bukan hanya sebagai kebutuhan nyata saja. Kejelasan komunikasi yang terkait dengan inovasi/pesan, diusahakan disampaikan karena kebutuhan peternak akan inovasi. Kejelasan komunikasi yang terkait dengan media/saluran, sebaiknya dipilih media yang biasa digunakan oleh peternak. Kejelasan komunikasi terkait dengan penerima manfaatnya tergantung pada fasilitator dalam memberdayakan penerima manfaatnya dalam hal kemampuan berkomunikasi, penambahan pengetahuan dan sikap terhadap inovasi.
Dalam evaluasi program dapat diketahui bahwa komunitas peternak di dusun Nogosaren, Desa Nogosaren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, elemen –elemen komunikasi pembangunan, telah mampu membawa komunitas ini kearah perubahan sesuai yang di targetkan program.
REKOMENDASI
Keberhasilan peternak mengatasi permasalahan yang diidentifikasi di awal program, yang dilaporkan secara tertulis maupun presentasi ke Dinas Peternakan Kabupaten Semarang, mengusik untuk melakukan difusi inovasi penerapan probiotik herbal, dusun yang lain dalam suatu desa, maupun desa lain. Penyebaran ini sebaiknya dilakukan oleh para peternak di dusun Nogosaren yang telah melakukan dan menerapkan teknologi probiotik herbal. Adapun tim dari PPKwu LPPM UNS sebagai nara sumber, maupun sebagai pengawas penyebaran ini bersama Dinas terkait (dalam hal ini diwakili penyuluh peternakan yang ada di desa).
Selasa, 28 Februari 2012
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DALAM PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETERNAK SAPI PERAH
16.45
No comments
0 komentar:
Posting Komentar